Aku Menyukainya Dalam Diam
Cerpen Karangan:
CheesewaferKategori:
Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam),
Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 9 January 2018
Aku akan berangkat kuliah dan bertemu denganya… ah.. lebih tepatnya aku berangkat kuliah dan akan melihatnya.
Aku sudah lama menyukainya, bahkan dari semester awal masuk kuliah,
bukan pandangan pertama. Diawali dari rasa kagum dengannya. Berlarut
hingga menjadi suka. Bahkan mengalir hingga bermuara pada rasa
menyayanginya.
Aku dan dia satu kelas dari awal hingga sekarang, dari semester 1 dan
sekarang semester 6. Dan rasa yang aku miliki tidak pernah berubah.
Sosok yang aku sukai dapat aku gambarkan seperti ini, dia seseorang yang
pandai bergaul sehingga mempunyai banyak teman, memiliki kepribadian
yang membuatku dapat menyukainya, humoris dengan tingkah dan cara dia
bercerita membuatku tersenyum dibalik penutup wajahku, cerdas dengan
wawasan yang luas, bertanggung jawab dengan pendidikan dan latihan yang
rutin dia jalani, dan yang paling membuatku menyukainya, dia memiliki
akhlak yang baik, agama yang baik, dan sangat terlihat menyayangi
keluarganya terutama kedua orangtuanya.
Pagi itu aku berdiri di depan mading kampus, di dekat kelas. Biasanya
aku melakukan itu bukan karena aku ingin mengetahui infonya, tapi hanya
kamuflase agar tidak ada anak yang melihatku dengan tatapan aneh. Atau
hanya aku yang merasa seperti ada ribuan mata yang mengarah dan menatap
dengan tatapan miring dan tajam padaku, dari awal aku turun dari
motorku, berjalan ke arah kelasku, dan bahkan di dalam kelas.
Tak lama kemudian dia datang, datang menghampiriku. Ah.. bukan.. tapi
memang kelasnya di sana. Lalu aku duduk di balkon depan yang panjang.
Sambil kubuka buku yang kubawa dari rumah. Aku begitu malu ketika ada
dirinya. Bukan tidak berani hanya aku menjaga batasan antara aku dan
dia, lebih tepatnya lagi antara laki-laki dan wanita.
“Di sini kan ya kelasnya?” kuarahkan pandanganku kepada sosok yang
bertanya, kutatap sebentar, benar-benar sebentar, lalu kutarik
pandanganku ke arah bukuku lagi. Dia sosok yang membuatku tersipu malu.
Mendengar suaranya saja membuatku tak bisa lupa, suara berat, dan
diiringi dengan gaya khasnya.
“Iya” jawabku singkat, padahal banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan
kepadanya. Tapi aku masih dapat mengendalikan pikiranku, sehingga tidak
ada kata yang terucap lagi setelahnya.
“Bapaknya belum dateng ya?” dia bertanya sambil berdiri di depanku
dan duduk di sebelahku, dibatasi dengan pilar besar. Dia di sebelahku,
hanya memang ada pilar yang menyangga ruas langit-langit atas. Sehingga
dia tertutup pilar itu.
“Belum… kamu udah dapet info buat daftar PPL KKN?” tanyaku memberanikan
diri setelah berperangnya hati kecilku yang penakut dan pemberani.
“Udah, daftar online dulu kan?” kudengar suaranya dibalik pilar itu, dari suaranya sedikit rendah, tetapi jelas.
“Iya, itu ada yang semester genap, khusus, sama ganjil, kalo yang
semester khusus itu dibulan apa ya?” tanyaku balik. Wah.. hati kecil
pemberaniku sedang menguasai, tak seperti biasanya, aku banyak bertanya
kepadanya.
“Belum tau, soalnya belum dibagi dari sananya” jawabnya dengan suara
jelas tetapi sedikit samar-samar, seperti menghadap kearahku hanya
tertahan pilar. Sangat jelas, dan sangat dekat, aku rasa dia bena-benar
tepat berada di samping pilar itu. Dan aku sedikit melirik kakinya dan
yaa.. dia berada di sampingku.
Dia adalah laki-laki yang menatap mataku dengan sangat sebentar
ketika kita sedang berbicara urusan kuliah, atau sekedar lewat di
depanku, atau tanpa sengaja tatapan kita saling bertemu dan benar-benar
sebentar aku dan dia langsung mengalihkan ke yang lainnya. Hal itu tidak
hanya sekali atau dua kali, menurutku cukup sering, sehingga membuatku
merasa dia melihatku dari tempat dia berada. Bahkan pada hari aku dan
dia duduk bersebelahan dengan dibatasi pilar, aku rasa dia memilih duduk
di sana untuk menjaga dirinya atau diriku agar tidak terjadi fitnah.
Aku dan dia memiliki batasan yang tidak dapat dilewati, dengan
prinsipku yang tidak akan berpacaran sebelum menikah. Membuatku terlihat
aku tidak menyukai siapapun. Sehingga aku tidak bisa mendekat padanya
untuk bermain-main. Melihatnya dengan lama, atau mengatakan aku
menyukainya. Bahkan pada hari aku dan dia duduk bersebelahan dengan
dibatasi pilar, aku rasa dia memilih duduk di sana untuk menjaga dirinya
atau diriku agar tidak terjadi fitnah.
Aku berharap dia juga memiliki komitmen untuk tidak berpacaran
sebelum menikah. Itu hanya harapanku dan doaku. Aku selalu menyebut
namanya di setiap doa yang aku pinta kepada-Nya, di selesai sujudku, di
setiap tetesan hujan, dan disela-sela setelah adzan menuju iqomah. Aku
benar-benar tidak tahu dia sosok yang seperti apa diluar dari yang
kulihat di kampus. Apakah dia memiliki komitmen itu? Apakah dia sudah
berkomitmen dengan wanita lain? Atau apakah dia juga menyukaiku selama
ini seperti aku yang juga menyukainya? Aku benar-benar tidak tau. Karena
aku dan dia benar-benar terlihat biasa dari luar. Karena aku dan dia
sama sekali tidak ada komunikasi lebih dari urusan kuliah. Atau memang
selama ini hanya perasaanku saja seperti dia melihat dan memperhatikanku
dari kejauhan.
Siang itu setelah mata kuliah metodologi penelitian kualitatif, aku
mengendari motorku menuju mushola di jurusanku. Keadaan mushola tidak
terlalu ramai karena memang waktu menunjukan pukul 12.40. Aku memasuki
mushola, dan di sana ada 2 orang teman laki-laki satu kelasku sedang
bersiap-siap untuk sholat. Sembari menunggu mereka untuk mengimami aku
juga bersiap-siap. Dan tak lama kemudian “dia” datang, aku hanya
melihatnya datang, tanpa memperhatikan lebih. Terdengar dia mengambil
wudhu dan langkah kakinya memasuki mushola.
Aku berdiri dari dudukku, kubuka maskerku dengan menunduk, lalu tanpa
sengaja aku melihat ke depan dan tepat saat dia melihat ke arah
makmumnya memberi aba-aba untuk meluruskan shaf, karena hijab yang
membatasi antara laki-laki dan perempuan tidak tinggi aku langsung
menundukan wajahku saat dia melihat ke arahku. Dan tak berapa lama
kemudian terdengar suaranya. Itu pertama kali aku mendengar takbir
darinya, dan aku menjadi makmumnya.
“Allahu Akbar” takbirnya