Rabu, 07 Februari 2018

Berharap

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Galau, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 2 December 2016 Namaku Rahayu, aku adalah orang yang selalu merasakan sakitnya berharap. aku mempunyai pengalaman yang bisa akujadikan pelajaran yaitu berharap kepada seseorang.
Dulu aku pernah menyukai seseorang namanya Alfian, aku sangat mencintainya sejak aku menginjak ke sekolah smp. aku mengenalnya karena kita pernah satu sekolah. waktu itu aku sangat memperhatikannya sampai aku rela minta diam diam nomornya ke teman aku sendiri, karena aku malu untuk memintanya sendiri. Setelah mendapatkan nomor hpnya aku langsung mengirim sms ke dia, setelah beberapa hari kemudian dia menembakku untuk jadi pacarnya. aku bahagia banget saat seseorang yang aku suka mengatakan apa yang aku harapkan.
Setelah hampir sebulan dia menghilang tanpa mengabari aku, ternyata dia sudah dekat dengan wanita lain. hati aku sakit entah saat itu aku hanya bisa menangis dan menangis. aku coba mengikhlaskan dia untuk orang lain.
Click Here
Satu tahun kemudian aku menjalin hubungan dengan orang lain tapi tidak lama, karena aku nggak bisa ngelupain mantan aku alfian. entah apa yang membuatku mudah berikan hatiku padanya, padahal dia sudah menyakiti aku berkali-kali. 12 november itu adalah hari ulang tahunnya aku coba mengungkapkan isi hatiku lewat surat ucapan yang aku berikan padanya, tapi dia begitu biasa saja tanpa ada respon apapun.
26 februari adalah ulang tahunku, aku berharap dia ngucapin walaupun tidak langsung, aku menunggunya, ternyata sampai sore dia belum ngucapin padahal di sekolah kita sering berpapasan. Setelah beberapa lama aku membuka bbm ternyata ada bbm dari dia “hbd ya”, aku terkejut sampai sampai aku menangis karena saking bahagianya walaupun kata-katanya cuma simple. setelah aku dengar dengar ternyata dia disuruh sahabat aku, ada sedikit rasa kecewa karena terlalu berharap.
Kita sering chatan bahkan dia sering membuat aku baper, karena kata-katanya dan gombalannya, tapi bodohnya aku tanpa aku sadari ternyata itu semua cuma omong kosong dia, bukan hanya di saya tapi juga hampir semua cewek, aku sangat kecewa tapi entah kenapa aku masih berharap padanya, jelas jelas dia tidak pernah merespon aku sama sekali. padahal aku selalu berusaha untuk melupakannya, ternyata aku nggak bisa. entah apa yang membuatku selalu berharap padanya. menurut aku berharap kepada seseorang adalah hal bodoh yang pernah aku lakukan.

Masih Di Sini Menunggumu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Sedih
Lolos moderasi pada: 5 May 2016 Malam ini, aku duduk di atas batu di depan rumahku sambil menatap bintang-bintang dan rembulan, mengharapkan kau berada di sini menemanikuaku begitu bodoh. Menunggu cinta yang tak pasti, cintanya membutakanku akan keindahan dunia, seperti suasana malam ini, betul-betulku merindukan dia. Hanya air mata yang berkaca, aku seperti bisu tak bisa berkata bila ku mengingatnya. Dulu aku dan dia pernah berjanji akan sebuah cinta yang abadi, di saat dia masih di sini dia berjanji padaku.
“Sayang aku harap jika aku pergi mencari kerja di jakarta, berharap jangan pernah melupakanku, aku akan kembali 2 tahun setelah kepergianku,”
Aku pun mengiyakanya, “Iya aku akan setia menunggumu kembali Riyan,”
Kini tepat 2 tahun kepergiannya, tapi mengapa dia tak kunjung datang menemuiku, setiap kali aku mengirimkan surat untuknya, dia tak pernah membalas suratku, apakah dia lupa akan janjinya? Sungguh aku dibutakan cinta, mungkin di sana kau sudah bersama pacar barumu, aku memaki diriku sendiri Rina.
Click Here
“Apa yang kau dapatkan Rn? Selama kau menunggunya 2 tahun, kau hanya mendapatkan kesedihan yang mendalam. Sekarang aku mulai sadar ternyata cinta tak seindah yang aku pikirkan, di dalam hatiku belum bisa berpaling ke hati lain,” tiba-tiba ada surat datang padaku yang dibawah oleh pak pos.
“Permisi Dek,”
“Iya Pak ada apa?”
“Ada kiriman surat buat adek dari Riyan di jakarta, apakah kau mengenalnya?”
“Iya aku mengenalnya Pak, mana suratnya.”
Lalu aku mengambil suratnya dan membuka, ternyata aku salah paham, selama ini dia tak membalas suratku karena dia sedang sakit tuberkolosis atau tbc. Aku telah salah menilainya, lalu ia akan kembali besok aku harus menemuinya. Pagi ini aku harus datang ke rumahnya menemuinya. Biarkan aku menunggu ia di sana setelah dia sampai, ternyata dia lebih duluan sampai, dan dia menarikku ke luar rumah dan mengajakku bertemu di tempat biasa kami bertemu.
“Rina aku ingin kita bertemu sebentar malam jam 07.00 di dekat sungai di bawah pohon tempak biasa berduaan,”
“Baiklah aku akan menunggu di sana, kalau begitu aku pamit pergi sampai ketemu sebentar malam,”
“Iya.”
Sungguh persaanku begitu bahagia melihat senyumnya kembali, tapi? Dia sedang sakit, biar bagaimanapun aku tak mampu berpaling darinya karena dia mampu membuatku nyaman di dekatnya. Malam pun tiba dimana kita bertemu di tempat biasa kami berdua merasakan cinta dan disaksikan rembulan malam yang begitu bersinar hingga cahayanya memantul ke air sungai. “Tak terasa yah, Rin. Kita terpisah 2 tahun tapi kamu tetap bertahan menungguku kembali, apa kau masih sayang padaku setelah kau membaca surat yang aku kirim padamu. Maaf iya Rin, aku tak pernah membalas suratmu karena tak ada kesempatkanku. Aku terus berobat di sana sebenarnya aku ke sana hanya berobat bukan untuk bekerja. Penyakitku semakin parah Rin mungkinkah kau masih menerimaku dalam keadaanku sekarang?”
“Riyan aku tak ingin kau berbicara seperti itu,” sambil ku menyandarkan kepalaku di bahunya, dan ia mengelus kepalaku, “seandainya aku tak menerima kembali, mana mungkin aku menemuimu, Riyan asal kamu tahu setelah aku baca surat darimu dan ternyata kamu sakit tuberkulosis aku seperti merasakan kesakitan yang kau rasakan,” dia semakin memelukku kencang, ia pun berkata, “Apa kau tidak takut penyakitku menular pada dirimu, karena penyakitku semakin parah dan bisa cepat menular.” seketika ia melepaskan pelukannya dan matanya berkaca-kaca lalu tetap saja ia tersenyum tapi dia batuk terus mengeluarkan darah, secara aku tak sadar aku langsung memeluknya tak peduli akan menular atau tidak.
“Riyan bertahanlah kamu jangan tinggalkan aku untuk yang kedua kalinya aku benar-benar takut kehilanganmu,”
“Jangan menangis Rin, biar bagaimanapun sebentar lagi,” Rina langsung membentak perkataan Riyan.
“Sudah jangan berbicara seperti itu, aku tak mau mendengar kelanjutan pembicaraanmu, kau ingatkan besok hari jadian kita tanggal 13 bulan 05 kau harus bertahan,”
“Iya aku ingat Rin, tapi?”
“Tapi apa Riyan?”
Lalu Riyan terlihat kesakitan dan aku berusaha mengajak dan membawanya ke puskesmas terdekat, tapi dia sudah tak sadarkan diri, setelah kami sampai di puskesmas ia pun belum sadarkan diri. Tepat jam 09.23 dia sadar ia memegang tanganku di depan orangtuanya. “Rina jaga dirimu, aku berharap kau tak melupakanku meski aku pernah membuatmu merasakan kepedihan selama 2 tahun kau menungguku, dan hari ini hari jadian kita dan akan cinta kita akan bersatu di alam sana.”
“Jangan tinggalkan aku Riyan, aku berjanji akan terus setia kepadamu walau kita akan terpisahkan selamanya tunggu aku di sana biarkan kita saling menunggu,”
Aku pun membisikkan di telinga Riyan kalimat syahadat, dan ia mengikuti syahadat yang aku bisikkan dia pun pergi meninggalkanku lagi untuk selamanya. Semenjak kepergiannya, aku begitu tersiksa, sampai sekarang aku masih menunggu hal yang tak pasti untuk kembali. Hanya satu yang ingin ku pertanyakan apakah di sedang menungguku di sana. Kini ku tunggu ajalku untuk bisa bertemu denganmu kekasihku.

[Cerpen] Aku & Hijrah

Oleh: Rina Marlina
Aku suka senja di sore hari ini, membuat tenang dan memberiku sedikit bisa bernafas dengan lega tak lupa untuk selalu bersyukur pada sang khalik.
Seperti biasanya sore hari itu, aku dan teman dekat ku sedang menikmati senja sore di pinggir danau. Rumah kami memang jauh dari hingar bingar para penguasa. Rumah kami cukup jauh dari danau ini, Rumah yang biasa mereka sebut dengan Rumah Penjara Suci yaitu “Pesantren”. Ya, Kami adalah santri di salah satu pesantren terpencil di kampung ini.
“Zul, Ayooo.. pulang. Sudah sore nih,” pinta Susanti padaku.
“Iya, Ukh sebentar yaa. Ana masih mau menikmati senja ini,” jawabku.
“Ah, kamu nih. Lebay sekali hayu burukeun bisi di carekan ku si umi (Hayu cepatan takut di marahin umi), hari ini ada ujian hapalan,” ujar Sumayah.
“Yang bener saja kamu? Ya Allah belum murajaah nii,” jawabku.
“Iya, makanya ayoo pulang,” pinta kembali Susanti.
Sumayyah dan Aku pun tergesa-gesa pulang menuju Asrama Ummahatul Ghad
Sesampanya di Asrama, kami mendapat hukuman karena tidak mengikuti shalat berjamaah. Aku pun merasa bersalah pada sumayyah yang selalu kena marah karena aku selalu mengajak nya untuk bermain di sore hari.
“Sumayyah, Maafkan aku ya. Setiap kali aku di hukum kamu pasti ikut terhukum pula. Aku ini memang bukan sahabat yang baik yaa” Uraiku
“Haha.. aku senang kita di rendam di empang seperti ini. Apalagi sama kamu, aku melihat persahabatan kita ini semakin erat. Gausah minta maaf maaf lagi deh. Lagian aku nya juga mau kan? Haha” Jawab sumayyah dengan sumringah
“Ih, aneh pisan kamu mah sumayyah. Yauda deh. Jadi seneng punya sahabat kek kamu” Pungkasku
Setelah berjam-jam kita di hukum di rendam di empang pinggir asrama putri oleh ustadzah. Kami pun diizinkan untuk naik dan bersih-bersih.
“Sebagai tambahannya hapalkan surah Al-jin. Malam ini langsung setor ke umi” Ujar Ustadzah
“Baik, umi” Jawabku
Zulaikha adalah salah satu santri yang datang dari kota, yang di tinggalkan orang tuanya begitu saja tanpa kabar kembali. Karena orang tua yang sudah tidak sanggup lagi menasehati Zulaikha, hingga sampai pada akhirnya orang tua Zul berjanji, jika Zulaikha dapat berubah ia akan mengabari Zulaikha.
Gadis yang biasa di panggil Zul ini, memang awal di masukan ke pesantren itu bersikeras tidak mau. Dan sering melakukan pelanggaran, sampai pihak pesantren pun sempat berpikir akan mengembalikan Zulaikha ke orang tua nya.
Namun, Ustadzah Fatimah mengingat amanah dari orang tua Zul untuk senantiasa menjaga, menasehati Zulaikha sampai ia tumbuh menjadi seorang wanita yang sholihah dan berbakti kepada orang tua.
“Zul, kenapa sih setiap sore kita harus selalu main ke danau ini dan melihat senja. Aku bosan tahu zul” Tanya Summayah
Zulaikha pun dengan asyik memandang senja dan bershalwat “May, aku selalu berharap dengan aku melihat senja di sore ini aku bisa tenang melihat dan mendengar kabar keluarga ku disana” Jawab dengan lembut Zulaikha
“Pasti orang tua kamu bangga sama kamu Zul. Sama aku juga, bangga dengan kamu saat ini. Sungguh” Ujar summayah
Hijrah yang berawal dari keterpaksaan akhirnya lama-lama terbiasa dan bisa. Sampai pada akhirnya pun keterpaksaan dulu itu membuahkan hasil pada hidup seseorang.
“Hafizah dari Jakarta Selatan, Selanjutnya adalah Zulaikha Permana dengan nilai hapalan Qur’an Mumtaz!”
Sorak sorai para tamu undangan Aula Pesantren Madinatul Qur’an.
Zulaikha tak menyangka setelah satu tahun lama nya di tinggalkan oleh keluarganya, pada saat wisuda hafiz qur’an keluarga Zulaikha pun hadir dengan penuh haru melihat sosok Zulaikha saat ini.
“Dulu saya bukan santriwati, saya belum terbiasa dengan pakaian lebar seperti ini dan saya juga bukan orang yang selalu membaca alqur’an dan menghapalkannya. Namun, semenjak itu hidayah datang menghampiri. Berawal dari keluarga saya memasukan  ke pesantren ini. Banyak sekali hidayah atau hikmah yang saya dapatkan. Salah satunya adalah bahwa keterpaksaan saya dulu, sudah mulai terbiasa dan sampai hari ini. Hijrah itu menjadi bisa, nikmat dan mudah,” pungkasnya saat memberikan kesannya selama di pesantren.

Semoga Menjadi Kekasih Halalku

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 9 December 2017 Malam hari begitu malas dikarenakan tidak ada kerjaan di kostku, pikiran tak karuan tak tahu apa yang harus aku lakukan. HP ku berdering kemudian aku lihat ada sebuah pesan dari teman yang isinya “Posisi di mana nih? ada kerjaan gak?”, aku balas “gak ada kerjaan nih bro”, kemudian pesan masuk lagi dia mengajakku untuk datang ke sebuah forum diskusi agar tidak bosan di kost. Bergegas aku ganti baju kemudian menuju ke kost temanku.
Setelah sampai di kostnya eh dia masih tidur-tiduran dengan nyamannya. Aku suruh dia untuk bergegas ganti baju untuk datang ke forum diskusi tersebut. Setelah dia ganti baju langsung berangkat ke warung kopi yang diselenggarakannya diskusi. Nah di jalan menuju warung kopi tersebut tiba-tiba motorku mogok, eh ternyata bensinnya habis.
Tak jauh dari tempat motorku mogok terlihat toko yang menjual bensin eceran. Mendorong sepeda motor yang mogok itu sangat membosankan. Setelah bensin terisi penuh kita langsung bergegas ke warung kopi. Setelah sampai di warung kopi mataku langsung terfokuskan ke sosok wanita yang begitu cantik bagiku. Dia duduk di pojokan warung, dengan wajah yang indah dan indahnya senyumnya itu yang membuatku tertarik padanya.
Click Here
Setelah itu temanku memesan kopi untuk kita berdua. Saat dia memesan kopi, aku sering mencuri-curi pandang wanita itu. Temanku datang kemudian memberiku secangkir kopi susu, ternyata temanku juga mengetahui bahwa di warung ini ada sosok bidadari yang lagi ngopi. Temanku bilang “eh bro ane baru tahu nih ternyata bidadari ada yang suka ngopi juga, hahahha”. Lantas aku bilang padanya untuk jangan mengganggunya karena dia itu orangnya usil kalau ada wanita cantik. Aku tak mau di ahului oleh temanku.
Kuberanikan diri untuk mendekati wanit itu. Setelah aku dekat dengannya aku mengajak dia untuk kenalan, aku kaget ketika aku menjulurkan tanganku dia tak mau bersalaman denganku. Ternyata dia sangat sholeha, dari sikap dia yang tak mau menyentuh tangan seorang laki-laki yang bukan muhrimnya, membuatku semakin jatuh cinta padanya. Nama wanita sholeha itu adalah Sholikhah, Ternyata nama dia tidak jauh dari sikap perilaku dan wajahnya yang sungguh indah. Oh tuhan mengapa kau baru pertemukan aku dengannya, semenjak aku SMA tidak pernah bertemu dengan wanita yang secantik seperti Sholikhah ini. Temanku duduk manis dan fokus terhadap forum sedangkan aku sibuk mengobrol dengan Sholikhah.
30 menit berlalu obrolan kami berdua, Sholikhah ingin pulang dengan kawannya dikarenakan kost dia tutup sebelum jam 10 malam. Aku langsung meminta id line dia agar lebih dekat dan kenal lebih jauh dengannya. Setelah dia memberiku id linenya, dia langsung bergegas membayar pesanannya dan langsung meninggalkan warung ini.
Keesokan harinya tidak langsung aku chat dia karena masih sungkan dan berkesan ganas. Aku menunggu 3 hari baru chat dia, di awal chat aku bertanya kabar dia dan dijawabnya dengan cepat. Setiap hari aku chat dia dan terjalin hubungan yang lumayan baik, kemudian aku mengajaknya jalan dikarenakan pada saat itu merupakan malam tahun baru. Dia membalas chatku itu begitu lama mungkin masih mikir-mikir dulu.
Pukul 3 sore dia baru membalas chatku dan aku begitu senang karena dia mau untuk jalan denganku untuk melihat kembang api di malam tahun baru. Setelah sholat isya aku jemput dia di kostnya kemudian aku chat dia bahwa aku sudah di depan kost. Dia keluar dengan penampilan yang sungguh membuat hatiku semakin bergetar cepat. Akhirnya aku mengajaknya ke tempat makan dulu karena dia belum makan, di tempat makan itu kami ngobrol kesana kemari.
Jam 23.30 kami menyudahi makan dan langsung menuju alun-alun kota Batu. Setelah sampai di alun-alun kota Batu tak lama kemudian waktu sudah menunjukkan jam 24.00 dan kembang api pun bertebaran menghiasi indahnya malam hari itu. Kami duduk berdua di bawah tempat duduk yang tersedia di alun-alun itu. Ternyata dia pertama kali ini lihat kembang api bersama laki-laki. Setelah kembang api telah selesai menghiasi langit, kami berdua langsung balik menuju kost teman dia di karenakan kostnya sudah tutup jam 10 malam. Aku berterimakasih karena sudah mau menerima ajakanku untuk melihat kembang api di malam tahun baru padanya.
Berhari-hari berlalu pertemananku dengan Sholikhah semakin erat. Setiap akan tidur selalu teringat dengan senyumannya yang begitu indah, aku bertekad untuk memilikinya dengan halal sepenuhnya. Aku tidak ingin ada kata pacaran dengannya, karena aku ingin serius dengannya. Kata pacaran identik dengan main-main dan untuk senang-senang saja. Dia lah yang selalu ada doa setelah aku sholat dan dialah yang selalu kuceritakan ke kedua orangtuaku. Aku telah mendapat restu kedua orangtuaku untuk kejenjang yang serius dengannya. Tapi Cuma satu ketakutan yang selalu membayang-bayangi sebelum aku tertidur dengan nyenyak yaitu akankah dia mau menerimaku. Cuma satu yang kuinginkan dia selalu menjaga hatinya hingga nanti aku melamarnya untuk menjadi seorang pendamping hidupku selamanya hingga kematian yang akan memisahkanku dengannya.
Cerita ini hanya angan-angan yang sulit menjadi nyata dan hanya karangan semata. Jika ada kata-kata yang salah bagi pembaca saya mohon maaf. Fastabiqul Khoirot Assalamualaikum Wr. Wb. Abadi perjuangan.

Rabu, 17 Januari 2018

Aku Menyukainya Dalam Diam

Aku Menyukainya Dalam Diam

 

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 9 January 2018 Aku akan berangkat kuliah dan bertemu denganya… ah.. lebih tepatnya aku berangkat kuliah dan akan melihatnya.
Aku sudah lama menyukainya, bahkan dari semester awal masuk kuliah, bukan pandangan pertama. Diawali dari rasa kagum dengannya. Berlarut hingga menjadi suka. Bahkan mengalir hingga bermuara pada rasa menyayanginya.
Aku dan dia satu kelas dari awal hingga sekarang, dari semester 1 dan sekarang semester 6. Dan rasa yang aku miliki tidak pernah berubah. Sosok yang aku sukai dapat aku gambarkan seperti ini, dia seseorang yang pandai bergaul sehingga mempunyai banyak teman, memiliki kepribadian yang membuatku dapat menyukainya, humoris dengan tingkah dan cara dia bercerita membuatku tersenyum dibalik penutup wajahku, cerdas dengan wawasan yang luas, bertanggung jawab dengan pendidikan dan latihan yang rutin dia jalani, dan yang paling membuatku menyukainya, dia memiliki akhlak yang baik, agama yang baik, dan sangat terlihat menyayangi keluarganya terutama kedua orangtuanya.
Pagi itu aku berdiri di depan mading kampus, di dekat kelas. Biasanya aku melakukan itu bukan karena aku ingin mengetahui infonya, tapi hanya kamuflase agar tidak ada anak yang melihatku dengan tatapan aneh. Atau hanya aku yang merasa seperti ada ribuan mata yang mengarah dan menatap dengan tatapan miring dan tajam padaku, dari awal aku turun dari motorku, berjalan ke arah kelasku, dan bahkan di dalam kelas.
Tak lama kemudian dia datang, datang menghampiriku. Ah.. bukan.. tapi memang kelasnya di sana. Lalu aku duduk di balkon depan yang panjang. Sambil kubuka buku yang kubawa dari rumah. Aku begitu malu ketika ada dirinya. Bukan tidak berani hanya aku menjaga batasan antara aku dan dia, lebih tepatnya lagi antara laki-laki dan wanita.
“Di sini kan ya kelasnya?” kuarahkan pandanganku kepada sosok yang bertanya, kutatap sebentar, benar-benar sebentar, lalu kutarik pandanganku ke arah bukuku lagi. Dia sosok yang membuatku tersipu malu. Mendengar suaranya saja membuatku tak bisa lupa, suara berat, dan diiringi dengan gaya khasnya.
“Iya” jawabku singkat, padahal banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan kepadanya. Tapi aku masih dapat mengendalikan pikiranku, sehingga tidak ada kata yang terucap lagi setelahnya.
“Bapaknya belum dateng ya?” dia bertanya sambil berdiri di depanku dan duduk di sebelahku, dibatasi dengan pilar besar. Dia di sebelahku, hanya memang ada pilar yang menyangga ruas langit-langit atas. Sehingga dia tertutup pilar itu.
“Belum… kamu udah dapet info buat daftar PPL KKN?” tanyaku memberanikan diri setelah berperangnya hati kecilku yang penakut dan pemberani.
“Udah, daftar online dulu kan?” kudengar suaranya dibalik pilar itu, dari suaranya sedikit rendah, tetapi jelas.
“Iya, itu ada yang semester genap, khusus, sama ganjil, kalo yang semester khusus itu dibulan apa ya?” tanyaku balik. Wah.. hati kecil pemberaniku sedang menguasai, tak seperti biasanya, aku banyak bertanya kepadanya.
“Belum tau, soalnya belum dibagi dari sananya” jawabnya dengan suara jelas tetapi sedikit samar-samar, seperti menghadap kearahku hanya tertahan pilar. Sangat jelas, dan sangat dekat, aku rasa dia bena-benar tepat berada di samping pilar itu. Dan aku sedikit melirik kakinya dan yaa.. dia berada di sampingku.
Dia adalah laki-laki yang menatap mataku dengan sangat sebentar ketika kita sedang berbicara urusan kuliah, atau sekedar lewat di depanku, atau tanpa sengaja tatapan kita saling bertemu dan benar-benar sebentar aku dan dia langsung mengalihkan ke yang lainnya. Hal itu tidak hanya sekali atau dua kali, menurutku cukup sering, sehingga membuatku merasa dia melihatku dari tempat dia berada. Bahkan pada hari aku dan dia duduk bersebelahan dengan dibatasi pilar, aku rasa dia memilih duduk di sana untuk menjaga dirinya atau diriku agar tidak terjadi fitnah.
Aku dan dia memiliki batasan yang tidak dapat dilewati, dengan prinsipku yang tidak akan berpacaran sebelum menikah. Membuatku terlihat aku tidak menyukai siapapun. Sehingga aku tidak bisa mendekat padanya untuk bermain-main. Melihatnya dengan lama, atau mengatakan aku menyukainya. Bahkan pada hari aku dan dia duduk bersebelahan dengan dibatasi pilar, aku rasa dia memilih duduk di sana untuk menjaga dirinya atau diriku agar tidak terjadi fitnah.
Aku berharap dia juga memiliki komitmen untuk tidak berpacaran sebelum menikah. Itu hanya harapanku dan doaku. Aku selalu menyebut namanya di setiap doa yang aku pinta kepada-Nya, di selesai sujudku, di setiap tetesan hujan, dan disela-sela setelah adzan menuju iqomah. Aku benar-benar tidak tahu dia sosok yang seperti apa diluar dari yang kulihat di kampus. Apakah dia memiliki komitmen itu? Apakah dia sudah berkomitmen dengan wanita lain? Atau apakah dia juga menyukaiku selama ini seperti aku yang juga menyukainya? Aku benar-benar tidak tau. Karena aku dan dia benar-benar terlihat biasa dari luar. Karena aku dan dia sama sekali tidak ada komunikasi lebih dari urusan kuliah. Atau memang selama ini hanya perasaanku saja seperti dia melihat dan memperhatikanku dari kejauhan.
Siang itu setelah mata kuliah metodologi penelitian kualitatif, aku mengendari motorku menuju mushola di jurusanku. Keadaan mushola tidak terlalu ramai karena memang waktu menunjukan pukul 12.40. Aku memasuki mushola, dan di sana ada 2 orang teman laki-laki satu kelasku sedang bersiap-siap untuk sholat. Sembari menunggu mereka untuk mengimami aku juga bersiap-siap. Dan tak lama kemudian “dia” datang, aku hanya melihatnya datang, tanpa memperhatikan lebih. Terdengar dia mengambil wudhu dan langkah kakinya memasuki mushola.
Aku berdiri dari dudukku, kubuka maskerku dengan menunduk, lalu tanpa sengaja aku melihat ke depan dan tepat saat dia melihat ke arah makmumnya memberi aba-aba untuk meluruskan shaf, karena hijab yang membatasi antara laki-laki dan perempuan tidak tinggi aku langsung menundukan wajahku saat dia melihat ke arahku. Dan tak berapa lama kemudian terdengar suaranya. Itu pertama kali aku mendengar takbir darinya, dan aku menjadi makmumnya.
“Allahu Akbar” takbirnya

Senin, 02 November 2015

Banyak orang bilang..." kamu tuh sekolah harus pinter!!, kamu mau jadi apa kalo kamu tidak berprestasi di sekolah??"",, padahal kenyataannya prestasi di sekolah tidak menentukan kesuksesan di masa depan.. jadi untuk kawanku-kawanku janganlah kalian berkecil hati bila tidak memiliki prestasi di sekolah.. karena belum tentu anak yg berprestasi di sekolah akn sukses di masa depan!! jadi, tetaplah semangat dan jangan pernah menyerah!!:)